Senin, 11 Agustus 2008 | 22:46 WIB JAKARTA, SENIN - Keajaiban jubah milik Harry Potter yang dapat membuat pemakainya tak kelihatan telah menjadi kenyataan. Para ilmuwan telah mengembangkan metamaterial, material pintar yang akan mengarahkan setiap cahaya yang jatuh agar mengelilingi objek yang diselimutinya. Hal tersebut menyebabkan objek yang ada di balik jubah tak terlihat.
Untuk pertama kalinya, para peneliti di Universitas California Berkeley, AS membuat material tersebut dalam struktur tiga dimensi. Artinya, material tersebut kini sudah dapat dipakai untuk membuat jubah menghilang layaknya mirip Harry Potter untuk menyusuri lorong-lorong Hogwarts tanpa diketahui orang-orang di sekitarnya. "Dengan demonstrasi langsung dan elegan ini meningkatkan kemampuan kami untuk mengendalikan dan mengarahkan cahaya sebaik-baiknya," demikain kesimpulan hasil penelitian Xiang Zhang dan timnya yang akan dimuat dalam jurnal Nature dan Science edisi terbaru.
Material-material serupa yang dikembangkan sebelumnya baru sanggup dibuat dalam struktur dua dimensi yang sangat tipis dan hanya dapat dibuktikan melalui pada riset laboratorium. Tim peneliti lainnya sebelumnya menggunakan plasmons yang mengandung partikel-partikel bermuatan listrik di permukaan logam untuk menyerap cahaya yang jatuh.Metamaterial yang dikembangkan di Universitas California membiarkan gelombang radio dan cahaya yang mengenainya untuk terus mengalir seperti aliran air di sekitar batuan yang menonjol di permukaan sungai. Material ini merupakan campuran logam dan keramik, teflon, atau serat komposit.Cara kerjanya lebih canggih daripada teknologi pesawat siluman yang juga membelokkan gelombang ke sudut yang lebar sehingga sulit dikenali radar. Metamaterial membuat cahaya yang jatuh di atasnya selalu dibelokkan sehingga tak pernah memantul. Sebab, sesuai hukum fisika benda hanya terlihat oleh mata jika terdapat cahaya yang dipantulkan benda dan jatuh ke retina mata.
"Material tersebut dapat mengubah penjalaran gelombang elektromagnetik sehingga menghasilkan pantulan ke arah berlawanan," tulis para peneliti. Material tersebut telah direkayasa sehingga strukturnya memiliki sifat optis yang tidak ditemukan secara alami.
Cahaya tampak hanya salah satu gelombang yang dapat dikendalikan. Jika gelombang elektromagnetik, gelombang radio, inframerah dan sinar X juga dapat dikendalikan, teknologi tersebut sangat berguna untuk berbagai aplikasi dalam bidang teknologi informasi, kedokteran, hingga militer.
11 September 2008
Jubah Menghilang Segera Menjadi Kenyataan
Diposting oleh Anggoro Dwi Cahyo di 00.22 0 komentar
Rusa "Unicorn" Lahir di Italia
ROMA, JUMAT - Seekor rusa yang terlihat di sebuah taman nasional di Italia sangat unik dengan tanduk tunggal di atas kepalanya. Pantas kalau ia diberi nama Unicorn karena memiliki ciri seperti karakter hewan yang yang hanya diketahui dari dongeng.
"Ini seperti dongeng yang menjadi kenyataan," ujar Gilberto Tozzi, direktur Pusat Sains Nasional Prato. Sebab, Unicorn selama ini hanya dikenal sebagai hewan dalam mitologi saja. Rusa bertanduk tunggal bukan pertama kali ini dilaporkan, namun termasuk jarang yang muncul di bagian tengah kepala.
Rusa tersebut merupakan salah satu rusa kembar yang lahir setahun lalu di penangkaran di Tuscan, dekat Florence. Tozzi yakin tanduk tunggal disebabkan kelainan genetika karena kembarannya tetap memiliki dua buah tanduk.
"Biasanya tanduk tunggal tumbuh di bagian pinggir daripada di tengah. Ini sepertinya kasus yang kompleks," kata Fulvillo Fraticelli, direktur sains Kebun Binatang Roma. Ia mengatakan posisi tersebut mungkin dipicu trauma selama di dalam kandungan.
Tozzi mengatakan kejadian yang langka seperti itu pula yang mungkin melahirkan dongeng menganai Unicorn. Dalam dongeng, Unicorn berupa makhluk serupa kuda yang memiliki kekuatan super.
Karakter tersebut muncul pada legenda, cerita rakyat, dari teks kuno dan abad pertengahan hingga dongeng Harry Potter. Cerita mengenai tanduk Unicorn mungkin juga diilhami paus narwhal yang memiliki semacam taring memanjang di kepalanya.
Diposting oleh Anggoro Dwi Cahyo di 00.14 0 komentar
07 September 2008
Monster-monster Laut Tertangkap dari Perairan Antartika
Selasa, 19 Februari 2008 15:28 WIB
SYDNEY, SELASA - Dari perairan dingin Antartika, para ilmuwan berhasil merekam dan menangkap makhluk-makhluk laut raksasa. Salah satu monster laut itu berbentuk mirip laba-laba laut namun berukuran sebesar piring makan. Seekor ubur-ubur yang memiliki tentakel hingga 6 meter juga ikut ditangkap."Gigantisme sangat biasa di perairan Antartika, kami telah mengumpulkan cacing raksasa, udang raksasa, dan laba-laba laut yang sebesar piring ini," ujar Martin Riddle, ilmuwan Australia, Selasa (19/2). Banyak di antaranya ikan-ikan yang hidup di kegelapan dan bermata besar sehingga terlihat menakutkan.Makhluk-makhluk laut yang misterius itu adalah sebagian dari koleksi yang dikumpulkan para peneliti dari Laut Selatan selama ekspedisi CEAMARC (Collaborative East Antarctic Marine Sensus). Sekitar 25 persen sampel yang dikoleksi diperkirakan baru dalam dunia sains hewan. Masing-masing seberat rata-rata 30 kilogram dan sebagain diambil dari kedalaman antara 200-1400 meter.Pengambilan sampel dimaksudkan sebagai sensus kehidupan laut di dekat Kutub Selatan. Para peneliti gabungan dari Jepang, Australia, dan Prancis melakukan ekspedisi dengan tiga kapal ilmiah, masing-masing Aurora Australia, L'Astrolabe milik Prancis, dan Umitaka Maru milik Jepang. "Spesimen-spesimen yang dikumpulkan akan dikirim ke universitas-universitas dan museum-museum di sleuruh dunia untuk diidentifikasi, diperiksa jaringannya, dan dikodekan DNA-nya," ujar Graham Hosie, ketua proyek sensus dari kapal Umitaka Maru. Para ilmuwan menggunakan data-data pengukuran ini untuk menilai perubahan ekosistem laut dalam akibat pemanasan global. CEAMARC adalah bagian dari sensus kehidupan laut Antartika yang dikoordinasikan Australian Antarctic Division. Sepanjang Tahun Kutub Internasional (2007-2009) telah dijadwalkan pengiriman 16 kapal ilmiah untuk melakukan penelitian.
Diposting oleh Anggoro Dwi Cahyo di 02.22 0 komentar
Raja Ikan Indonesia Nampang di Jepang
Minggu, 13 April 2008 23:24 WIB
TOKYO, MINGGU - Ikan purba Indonesia yang berusia 35 juta tahun dan dikenal dengan nama sebutan "Raja Laut" atau Coelacanth, dipamerkan kepada publik Jepang di Aquamarine Fukushima, selama dua hari sejak Sabtu (12/4) lalu. Menurut Direktur Eksekutif Aquamarina Fukushima, Yoshotaka Abe, pihaknya meminjam ikan yang berasal dari perairan di Teluk Manado, Sulawesi Utara, untuk melengkapi sementara koleksi yang ada dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat Jepang mengenai kekayaan alam dan ikan di laut.Selain itu, kata Abe, pameran mengenai ikan Raja Laut itu juga bertepatan dengan peringatan 50 tahun hubungan Indonesia Jepang, sehingga melalui pameran keilmuan dan rekreasi ini bisa diperkenalkan mengenai Indonesia dan kekayaan alamnya yang luar biasa. "Ini tentu saja amat menarik masyarakat Jepang yang juga merupakan negara kelautan," katanya.Pengunjung yang datang ke kompleks bernama resmi Fukushima Ocean Scientific Museum itu, terlihat antusias menyaksikan ikan purba yang berusia 35 juta tahun tersebut. Meskipun tidak lagi dalam keadaan hidup, ikan dengan nama "Latimeria Menadoensis" itu tetap banyak menarik minat orang sehingga berdesak-desakan hanya untuk menyaksikan jasad ikan purba yang amat langka tersebut. Menurut Prof Dr Kawilatang Masengi, Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Sam Ratulangi Manado, upaya mendatangkan ikan Coelacanth merupakan kerja sama yang kesekian kalinya dengan pihak Jepang, khususnya Aquamarine Fukushima, yang juga memiliki banyak perhatian terhadap konservasi hewan langka dan juga menjadi pusat penelitian masalah kelautan."Kerja sama lainnya yang sudah dilakukan selama ini adalah untuk riset dan saat ini semakin dirasakan penting. Apalagi dengan terjadinya pemasanan global seperti sekarang ini," katanya.Ia menambahkan bahwa Indonesia dan Jepang juga perlu bersama-sama meningkatkan kegiatan riset sehingga bisa memperkaya kegiatan konservasi kelautan kedua negara.Aquarium Fukushima yang berlokasi di pusat kota Fukushima (sekitar 250 km utara Tokyo) itu juga ikut melestarikan species ikan langka dan tumbuhan langka lainnya. Selain sebagai museum dan tempat rekreasi, Aquamarine juga menjadi pusat riset kelautan di Jepang.Ikan Coelacanth berhabitat di lautan dalam, 700 meter di bawah laut, namun kadang-kadang bisa berada di kedalaman laut 200 meter. Ikan yang biasa hidup sekitar 360 juta tahun lalu itu rata-rata memiliki panjang 1-2 meter dan berwarna biru. Ia ditemukan juga di sejumlah perairan dunia seperti di Komoro, Madagskar, Tanzania dan Afrika Selatan. Raja laut versi Indonesia ini juga tergolong sebagai species yang unik karena warna kulitnya bukanlah kebiruan, seperti umumnya ikan Coelacanth, melainkan berwarna coklat.
Diposting oleh Anggoro Dwi Cahyo di 02.15 0 komentar
Cumi-cumi Raksasa di Selandia Baru Akan Diotopsi
Selasa, 29 April 2008 18:27 WIB
WELLINGTON, SELASA - Para ilmuwan kelautan dari Selandia Baru memulai persiapan untuk mengotopsi seekor cumi-cumi raksasa yang ditangkap tahun lalu. Penelitian terhadap cumi-cumi seberat 500 kilogram dan panjang 7,8 meter itu dilakukan untuk mengungkap rahasia salah satu raksasa laut yang masih sangat misterius.Cumi-cumi tersebut telah dikeluarkan dari kotak es ruang penyimpanannya dan dipindahkan ke dalam tangki berisi larutan garam hari ini. Es juga ditambahkan ke selama tangki agar proses pencairan lambat sehingga bagian tubuh terluar yang masih segar tidak rusak karena keriput.Setelah mencair seluruhnya, para peneliti akan mempelajari lebih dalam mengenai bentuk anatominya, membedah isi perut dan mulutnya. Sampel jaringan juga akan diambil untuk analisis DNA dan mengidentifikasi jenis kelaminnya. Proses otopsi untuk mengungkap kehidupan cumi-cumi raksasa tersebut rencananya dilakukan mulai Rabu (30/4)."Jika ternyata diketahui jantan, ini berarti laporan ilmiah pertama mengenai deskripsi jenis jantan dari spesie ini," ujar Steve O'Shea, pakar cumi-cumi dari Universitas Teknologi Auckland yang akan terlibat dalam penelitian. Cumi-cumi kolosal betina pernah diidentifikasi dari spesimen yang ditemukan tahun 2003. Usai otopsi, bangkai cumi-cumi raksasa tersebut akan dipamerkan dalam tangki berisi formalin 900 liter di sebuah museum di Wellington. Selama ini, cumi-cumi kolosal banyak diberitakan dari cerita dari mulut ke mulut nelayan. Tak ada seorang pun yang pernah melihatnya lansgung pada habitatanya di perairan dalam. Seorang nelayan tanpa sengaja menangkap seekor cumi-cumi raksasa itu di lepas pantai Antartika pada Februari 2007 saat mengail ikan gigi Patagonia atau ikan bass Chili. Cumi-cumi tersebut terseret ujung kail dari laut dalam ke permukaan karena memangsa ikan tersebut.Sadar bahwa hasil tangkapannya sangat bernilai, nelayan tersebut mengambilnya dan menjaga kondisinya di atas kapal. Kemudian, museum nasional Te Papa Tongerawa mengambil alih perawatan setelah dilaporkan. Spesimen tersebut tercatat sebagai spesies Mesonychoteuthis hamiltoni terbesar yang pernah ditangkap. Cumi-cumi kolosal terbesar sebelumnya yang ditemukan tahun 2003 hanya seberat 330 kilogram dan berjenis kelamin betina. Meski demikain, seekor cumi-cumi kolosal diperkirakan dapat tumbuh hingga 13 meter.
Diposting oleh Anggoro Dwi Cahyo di 02.07 0 komentar
"Naga" Ternyata Nenek Moyang T-rex
Siapa menyangka kalau naga ternyata nenek moyang dinosaurus yang ganas, Tyrannosaurus rex alias T-rex. Tapi, jangan keburu berpikir naga yang dimaksud adalah hewan khas dalam dongeng China. Naga di sini adalah nama fosil dinosaurus yang digali di Lisowice, 200 kilometer arah selatan Warsawa, ibu kota Polandia. Fosil tersebut ditemukan tim paleontolog yang dipimpin Dr Tomasz Sulej dari Akademi Sains Polandia. Mereka memberi nama fosil tersebut Naga (the Dragon) karena memiliki gigi taring yang panjangnya 7 centimeter. Hewan yang panjang tubuhnya sekitar 5 meter itu berjalan dengan dua kaki."Ini sungguh dinosaurus jenis baru yang belum pernah diketahui sebelumnya," ujar Sulej. Posturnya mirip T-rex, tapi hidup lebih dulu sekitar 200 juta tahun lalu.Para paleontolog bekerja keras untuk mengumpulkan dokumentasi selengkap-lengkapnya sebelum menentukan nama spesies untuknya. Sulej mengatakan timnya akan memamerkan fosil dinosaurus tersebut pada 7 Agustus. "Kami hampir dapat memastikan bahwa naga berburu hewan seperti pemakan tumbuh-tumbuhan dicynodon, yang mirip kuda nil namun lebih besar," ujar Sulej. Sebab, fosil dicynodon, seekor reptil yang diperkirakan sebagai kerabat dekat mamalia, tersebut ditemukan di lokasi penggalian yang sama.
Diposting oleh Anggoro Dwi Cahyo di 02.00 0 komentar
NASA Lanjutkan Pencarian Makhluk Asing
Kamis, 4 September 2008 08:57 WIB
NEW YORK, KAMIS — Badan Antariksa AS (National Aeronautics and Space Administration/NASA) akan melanjutkan pencarian kehidupan asing di luar Bumi. Mereka berniat memberikan beasiswa doktoral Carl Sagan bagi para ilmuwan yang berminat melakukan eksplorasi planet di luar tata surya kita (exoplanet).
Beasiswa itu dinamai sesuai almarhum astronom yang memopulerkan ilmu pengetahuan melalui buku-buku dan acara televisi. Mereka yang mendapatkan beasiswa, akan diminta mencari kehidupan di planet-planet asing. Sejak tahun 1994 ada lebih dari 300 planet di luar tata surya yang ditemukan.
Kebanyakan planet-planet yang ditemukan mengorbit bintang-bintang jauh itu berupa planet gas raksasa atau planet es yang tidak bisa mendukung kehidupan. Tantangan bagi NASA adalah menemukan planet serupa Bumi yang mengelilingi bintang seperti Matahari kita.
Pencarian planet berisi makhluk asing itu akan didukung misi Kepler dari NASA yang akan diluncurkan tahun depan. Misi Kepler akan meneliti 100.000 bintang guna mencari apakah ada planet yang mengitarinya.
NASA sendiri ingin menarik minat ilmuwan muda yang memiliki keingintahuan tentang kosmis seperti Sagan, serta mereka yang akan mendedikasikan diri untuk menjawab pertanyaan, "Apakah kita sendirian di jagad raya ini?"
"Beberapa orang yakin ini hanya masalah waktu sebelum kita akhirnya menemukan planet serupa Bumi yang mengorbit bintang seperti Matahari. Dan di sanalah kita kemungkinan menemukan kehidupan asing," kata Jon Morse, direktur divisi fisika bintang NASA.
Beasiswa Sagan senilai 60.000 dollar AS per tahun bagi empat atau lima peneliti per tahun itu adalah beasiswa ketiga yang dinamai seperti nama ilmuwan. Yang lainnya adalah beasiswa Albert Einstein dan Edwin Hubble.
Apakah kita akan menemukan kehidupan lain di luar Bumi? Charles Beichman, Direktur Institut Pengetahuan Exoplanet NASA mengatakan, banyak yang sudah kita pelajari. "Kita mengetahui laju pembentukan bintang. Sepuluh tahun lalu kita tidak bisa membedakan bintang jauh dengan planet di dekatnya. Kini kita tahu, 10 persen memiliki planet seperti Jupiter, dan dalam beberapa tahun kita akan menemukan Bumi-Bumi baru," ujarnya.
Diposting oleh Anggoro Dwi Cahyo di 01.57 0 komentar